
A. Mempertegas Ukhuwah Islamiyah
Banyak kejadian tersaji di tengah-tengah kita yang menampilkan kurang baiknya pemahaman tentang persaudaraan yang sebenarnya. Betapa saat ini, banyak orang terutama umat Islam sendiri yang dengan lantang berani berjuang mati-matian untuk partainya. Cukup banyak pula yang mempertaruhkan jiwa hanya karena urusan ketersinggungan antarkampung atau antarklub sepak bola. Tidak sedikit pula yang tidak menjadikan dasar ukhuwah Islamiyah sebagai pertimbangan dalam memilih wakil atau pemimpin umat Islam ini. Bahkan, yang lebih tragis lagi jika saat ini adalah kurangnya perasaan empati dari umat Islam terhadap penindasan dan perlakuan tidak adil yang dialami oleh umat Islam di beberapa tempat saat ini.
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi, bahkan setelah kita meninggalkan dunia fana ini. Sangat berbeda dengan ukhuwah Jahiliyah yang sifatnya temporer dan bisa saja berdampak negativ bagi yang mengaplikasikannya. Sebagai umat Islam, ada tes yang mudah untuk mengukur derajat ukhuwah Islamiyah yang kita punyai saat ini. Kita dapat mencek dan ricek perasaan kita tatkala melihat atau mengetahui saudara seiman kita mengalami penindasan atau bahkan pembantaian seperti yang terjadi saat ini di Myanmar. Adakah hati ini bergetar karena geram dan marah terhadap mereka yang telah melakukan ketidakadilan terhadap saudara-saudara kita di sana? Lalu dengan tindakan iman yang terendah spontan memanjatkan doa kepada-Nya agar saudara seiman kita di sana tetap diberi kekuatan dan keselamatan, sedangkan yang menindas mereka diberi kehancuran oleh Allah SWT. Adakah itu menyeruak pada diri kita? Atau, kita hanya tahu dan mendengarnya dengan santai tanpa ada getaran sedikitpun, dan mungkin saja kita akan memindahkan channel TV yang menyiarkan berita tersebut? Tak ada respon keimanan dan perasaan ukhuwah Islamiyah. Sungguh suatu malapetaka jika hal tersebut terjadi pada diri kita yang masih mengakui keimanan pada agama Islam.
B. Mengaplikasikan Ukhuwah Islamiyah
Allah berfirman dalam Surah Ali Imran 103 yang artinya : “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada agama Allah dan jangan kamu bercerai berai….” Tidak ada yang dapat menyaingi ukhuwah Islamiyah yang kita jalin di antara kita umat Islam. Ukhuwah Islamiyah terjalin bukan hanya dalam persoalan keagamaan belaka, namun seluruh aktifitas keseharian kita, selama masih berinteraksi dengan manusia lainnya, maka ukhuwah Islamiyah harus didahulukan. Kita juga sering terjerembab terhadap suatu persoalan yang mungkin dipengaruhi oleh gencarnya media yang tidak fair dalam mengungkapkan persoalan. Ada kalanya kita terkooptasi terhadap pemberitaan tentang teroris yang selalu mengambil gambar-gambar seperti buku-buku agama, kitab suci, lelaki berjanggut, perempuan bercadar, dan lain sebagainya, sehingga imej kita telah tertuntun untuk mencitrakan negative terhadap saudara kita sendiri. Akhirnya muncullah sikap yang lebih “kritis” terhadap sesama Islam dibanding yang lainnya. Sebagian di antara kita umat Islam sangat kritis terhadap perempuan yang memakai cadar atau jilbab panjang, tetapi santai saja jika ada yang memakai pakaian sexy dan vulgar. Sebagian lagi gerah kepada saudara kita yang memakai sorban dan sangat rajin beribadah di masjid, tetapi sangat toleran kepada temannya yang tidak menjalankan syariat agama. Hal seperti inilah sebagai contoh kealpaan terhadap pemahaman tentang Ukhuwah Islamiyah.
Keyakinan terhadap agama yang kita yakini, Islam, perlu dibuktikan dengan realisasi ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari. Saudara yang sebenarnya adalah sesama umat Islami, dimanapun dia berada, dari suku apapun dia, dari golongan apapun dia, yang penting dia beragama Islam, itulah saudara kita. Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah tidaklah berarti kita berbuat baik hanya kepada yang seagama dengan kita, tentu tidak. Ukhuwah Islamiyah dimaksudkan agar kita memahami tingkatan persaudaraan yang sebenarnya, sehingga pilihan dalam bersikap dan bertindak menjadi lebih terarah sesuai dengan tuntunan agama kita. Mari kita mulai lebih respon terhadap hal yang berkaitan dengan saudara kita, lebih menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan sesuatu, dan lebih yakin terhadap tindakan yang telah kita perbuat. Kita ingin hubungan dan interaksi kita dengan sesama manusia kapan dan dimanapun bernilai ibadah.c. Cara Menumbuhkan Cinta Kepada Sesama Muslim
1. Memiliki Aqidah yang benar
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali ‘Imran, 103)
عن أنس قال قال رسول الله صلعم ثلاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَالإيْمَانِ مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّاسِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَ لاَيُحِبُّهُ إِلاّ َلِلّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal, siapa yang ada ketiga-tiganya pada orang itu, niscaya karena tiga hal tersebut dia akan merasakan manisnya iman , Siapa yang mencintai Allah dan Rasulnya, lebih dari yang selainnya, dan siapa yang mencintai manusia, dicintainya semata-mata karena Allah dan tidak suka (benci) kembali menjadi kafir sesudah diselamatkan Allah dari kekafiran, sebagaimana bencinya akan dilemparkan ke dalam api neraka.”(HR Bukhori)
2. Menebarkan salam di antara kaum muslimin
Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda,لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَ لَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman (dengan iman yang sempurna) sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu, yang apabila kalian melakukannya niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
Ini dalil yang menunjukkan bahwa saling mencintai (mahabbah) karena Allah Swt adalah termasuk kesempurnaan iman. Bahwa iman seorang hamba tidak akan sempurna sampai dia mencintai saudaranya karena Allah Swt. Salah satu sebab yang akan menumbuhkan kecintaan adalah menebarkan salam di antara saudara-saudaranya muslim, yaitu menampakkan salam tersebut kepada mereka. Di mana dia mengucapkan salam kepada orang yang dijumpainya, baik dia kenal ataukah tidak. Maka inilah di antara sebab yang akan menumbuhkan mahabbah.” (Syarh Riyadhush Shalihin 2/127)3. Saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Al-Ma’idah: 2)
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, sampai dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik )
Rasulullah Saw bersabda,وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Dan Allah Swt senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut berusaha menolong saudaranya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah )
Abu Hurairah berkata, Datang seseorang kepada Nabi Saw, kemudian dia berkata, “Sesungguhnya aku orang yang fakir (dan dalam kesulitan hidup).” Maka beliau Saw mengutus utusan kepada sebagian istri beliau, maka istri beliau menjawab, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, saya tidak memiliki kecuali air minum.” Kemudian beliau mengutus ke istri yang lainnya, maka istri tersebut menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga istri-istri beliau semuanya menjawab dengan jawaban yang sama, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, saya tidak memiliki kecuali air minum.”Kemudian Nabi Saw bertanya, “Siapa yang akan menjamu tamu ini?” Maka ada seorang Anshar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Dia lalu berangkat bersama dengan tamu tersebut ke rumahnya. Kemudian dia berkata kepada istrinya, “Apakah kamu memiliki sesuatu?” Istrinya menjawab, “Tidak, kecuali makan malam anak-anak kita.”
Dia berkata, “Beri mereka (anak-anak) sesuatu yang membuat mereka lupa. Apabila mereka ingin makan malam, tidurkanlah mereka. Dan apabila tamu kita telah masuk, matikan pelita dan tampakkanlah bahwa kita telah makan!”
Kemudian anak-anak mereka tidur dan tamu tersebut makan, sehingga suami istri tersebut tidur dalam keadaan lapar. Maka tatkala masuk pagi hari, dia datang kepada Nabi Saw. Kemudian beliau bersabda, “Sungguh-sungguh Allah Swt takjub dengan perbuatan kalian terhadap tamu tersebut tadi malam.” (Riyadhus Shalihin 569)
4. Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran
Nasihat itu maknanya adalah seorang muslim mencintai kebaikan untuk saudaranya, mengajak, membimbing, menjelaskan, dan mendorong saudaranya tersebut untuk melakukan kebaikan itu. (Syarh Riyadhush Shalihin 1/458)Allah Swt berfirman,
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-’Ashr: 3)
Nasihat bagi kaum muslimin secara keseluruhan adalah kamu mencintai kebaikan untuk mereka sebagaimana kamu mencintai kebaikan untuk dirimu. Kamu bimbing mereka kepada kebaikan. Kamu tunjukkan mereka kepada kebenaran apabila mereka tersesat dari kebenaran tersebut. Kamu ingatkan mereka dengan kebenaran kalau mereka lupa. Dan kamu jadikan mereka sebagai saudara-saudaramu. Karena Rasul Saw bersabda,الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya.” (Muttafaq ‘alaih dari Ibnu ‘Umar )
Nasihat hendaknya dilakukan antara kamu dengan saudaramu dengan diam-diam. Karena kalau kamu menasihatinya dengan diam-diam, niscaya kamu akan dapat memengaruhinya dalam keadaan dia yakin bahwa kamu adalah pemberi nasihat. Akan tetapi apabila engkau berbicara tentang kekurangan atau kesalahan dia di muka umum, maka rasa egonya bisa menyeret dia untuk berbuat dosa sehingga dia tidak akan menerima nasihat karena dia mengira bahwa yang kamu inginkan hanyalah balas dendam, mencelanya, atau menjatuhkan kedudukannya di hadapan manusia. Sehingga dia tidak mau menerima nasihat. Akan tetapi kalau nasihat tersebut dilakukan dengan diam-diam antara kamu dengan dia, niscaya dia (insya Allah) akan menghargai dan menerimanya.” (Syarh Riyadhush Shalihin 1/465-466)5. Saling mengunjungi
Abu Hurairah , dari Nabi Saw,أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ, أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ, أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ. قَالَ, هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ, لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ, فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ
Ada seseorang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Maka Allah Swt mengutus malaikat-Nya untuk menjaganya di dalam perjalanannya. Maka tatkala malaikat tersebut menemuinya, malaikat itu bertanya, “Kamu hendak pergi ke mana?” Dia menjawab, “Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.” Malaikat itu bertanya lagi, “Apakah kamu memiliki suatu kenikmatan yang bisa diberikan kepadanya?” Dia menjawab, “Tidak. Hanya saja aku mencintai dia karena Allah Swt.” Maka malaikat itu menyatakan, “Aku adalah utusan Allah Swt kepadamu (untuk mengabarkan kepadamu) bahwa Allah Swt sungguh mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya karena-Nya.” (HR. Muslim)
Perhatikanlah kisah ziarah mubarakah (penuh berkah) yang dilakukan oleh kedua amirul mukminin Abu Bakr dan ‘Umar kepada Ummu Aiman . Anas bin Malik berkata,Abu Bakr berkata kepada ‘Umar setelah Nabi Saw meninggal, “Berangkatlah bersama kami mengunjungi Ummu Aiman sebagaimana biasanya Nabi Saw mengunjunginya.” Maka setelah keduanya sampai, Ummu Aiman menangis. Keduanya bertanya, “Apa yang menjadikan kamu menangis? Tidakkah kamu yakin bahwa apa yang di sisi Allah Swt itu lebih baik bagi Rasulullah Saw?” Ummu Aiman menjawab, “Aku menangis bukan karena aku tidak meyakini bahwa apa yang ada di sisi Allah Swt itu lebih baik bagi Rasulullah Saw. Akan tetapi aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit.” Maka dia menyebabkan keduanya (Abu Bakr dan ‘Umar ) menangis. Sehingga mulailah keduanya menangis bersamanya. (HR. Muslim 3454)
Ziarah (kunjungan) itu memiliki banyak faedah, di antaranya, akan membuahkan pahala yang besar, melunakkan dan menyatukan hati, mengingatkan saudaranya yang lupa, memperingatkan saudaranya yang lalai, serta mengajarkan ilmu kepada saudaranya yang jahil. Dan di dalamnya ada kebaikan yang banyak. Orang yang mengamalkannya akan mengetahui kebaikan tersebut.” (Syarh Riyadhush Shalihin, 2/116)
6. Menunaikan hak-hak saudara
Dengan ditunaikannya hak-haknya, maka akan menguatkan ikatan persaudaraan dan kecintaan pada masing-masingnya. Dan adapun sebagian hak-hak seorang muslim yang wajib untuk ditegakkan adalah sebagaimana sabda Rasulullah Saw,حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيلَ, مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ, إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam. Ditanyakan, “Apa saja wahai Rasulullah?” Beliau berkata, “Bila engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, bila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, bila dia meminta nasihat maka berilah dia nasihat, bila dia bersin lalu memuji Allah maka jawablah, bila dia sakit maka jenguklah, dan bila dia mati maka ikutilah (jenazahnya).” (HR Muslim)
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Permisalan orang-orang yang beriman dalam cinta-mencintai, rahmat-merahmati, dan sayang-menyayangi di antara mereka seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh merintih, niscaya seluruh anggota tubuh yang lain akan turut merasakannya dengan tidak bisa tidur pada malam hari dan rasa demam badannya.” (Muttafaq ‘alaih dari An-Nu’man bin Basyir )
.:Semoga Bermanfaat:.
0 komentar:
Posting Komentar